Jutaan manusia yg hidup di muka bumi ktika memandang bulan senantiasa memaknai benda langit itu dgn keindahan. Dgn mmndangnya sja ribuan puisi romantis tercipta. Ratusan ppatah indah terajut. Jutaan kisah cinta terangkai. Sbb rembulan yg begitu indah dgn sinarnya memiliki 1 makna yg sama di muka bumi. Bulan itu simbol harapan n kehidupan.
Tapi bagi para astronot yg telah menginjakkan kakinya disana, bulan itu tak seindah yg dibayangkn. Bulan itu tak spt wajah seorg gadis cantik yg brcahaya, spt ilustrasi para pujangga. Bulan itu gersang. Bulan itu tandus. Permukaannya kering dgn lembah dan gunung api dimana2. Dan sisi gelap bulan itu mengerikan. Manusia bisa membeku di dalamnya. Bagi para astronot, bulan itu ruang tanpa kehidupan. Lalu siapa yang harus disalahkan dengan persepsi yang berbeda secara diametris ini?
Mungkin tak ada yang perlu disalahkan. Sebab persepsi kita dibentuk oleh sudut pandang kita. Dan sudut pandang kita tentu saja sangat dipengaruhi oleh posisi kita memandang. Pemahaman seperti inilah yang aku bangun untuk bisa memahami pandangan banyak orang tentang PKS. Hanya saja perbedaanya, jika orang-orang di bumi memandang rembulan memiliki persepsi yang sama, maka orang-orang di luar PKS memandang PKS dengan persepsi yang berbeda-beda.
Dinamika yang terjadi di tubuh PKS, entah karena strategi, maneuver, atau kebijakan, senantiasa membentuk persepsi yang beragam bagi orang-orang di luar PKS. Tetapi bagi PKS sendiri, persepsi itu selalu sama. Iklan Soeharto misalnya, bagi Ray Rangkuti, Direktur Lingkar Madani untuk Indonesia menganggap maneuver tersebut sebagai blunder PKS. Tetapi bagi Bima Arya Sugiarto, pengamat politik dari Universitas Paramadina, menganggap iklan tersebut sebagai langkah cerdas. Tentu saja bukan kapasitas kita untuk menilai siapakah diantara keduanya yang lebih cerdas, sebab memang bukan itu persoalannya. Sebagaimana tidak ahsan rasanya membandingkan kecerdasan Azwar Hasan yang menganggap maneuver ini sebagai pengkhianatan PKS, dengan kecerdasan Qasim Mathar yang mengacungkan jempol atas strategi pencitraan PKS tersebut.
Sementara para pengamat berdebat tentang iklan PKS ini. Disaat para akademisi adu ilmu tentang maneuver PKS ini. Internal PKS tetap tenang berselancar di atas ombak kontroversinya sambil mempersiapkan strategi brilian selanjutnya. Dan ketika riak kontroversi itu telah reda, semua orang baru tersadar jika PKS telah berada diseberang sana untuk menembakkan peluru selanjutnya. Dan anehnya, populritas dan elektabilitas PKS menurut survey internal yang lebih jujur menunjukkan trend pergerakan positif seiring munculnya kontroversi PKS tersebut. Seperti para astronot yang ada di bulan, disaat manusia di bumi hanya bisa memandang dengan kagum, mereka telah mengeksplorasi bulan dan mulai merekayasa kehidupan disana.
Oleh karena itu, wajar saja jika setiap orang merekayasa persepsinya sendiri terhadap realitas PKS yang dinamis. Sebagian orang menganggap penempatan Sekjen PKS, Anis Matta di Dapil Sulsel I DPR RI sebagai pengusiran beliau dari DKI. Tapi bagi sebagian yang lain memepersepsinya sebagai strategi ekspansi yang brilian sebagaimana DR. Hidayat dikembalikan ke Jawa Tengah, dan Pak Tif ke Sumatera Utara. Sebagian orang mempersepsi PKS telah terbagi 2 kubu, keadilan dan kesejahteraan, sementara sebagain yang lain mempersepsi PKS telah menjadi partai manusia yang sesungguhnya dan bukan partai malaikat. Bahwa di PKS kultur dinamika ide dan gagasan telah tumbuh menjadi kultur positif yang semakin menguatkan.
Tak satu pun yang patut ditertawai atas perdebatan dan kontroversi itu. Sebab mereka memang memandang PKS dari luar, seperti pandangan manusia di bumi yang mempersepsi rembulan. Tak ada yang salah. Dan karena itu para astronot harus berbesar jiwa pada perbedaan persepsi tentang bulan. Tugas besar mereka adalah bagaimana meyakinkan manusia di bumi tentang wajah bulan yang sesungguhnya. Begitu pun internal PKS, dibutuhkan kebesaran jiwa dan kesabaran untuk meyakinkan setiap orang di negeri ini bahwa PKS itu bersih, peduli dan professional. Biarlah mereka bicara, dan PKS terus bekerja.
Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS At-Taubah: 105)
No comments:
Post a Comment