Definisi Salaf
Salaf secara bahasa berarti org yg terdahulu, sbgmana disebutkan dlm firman Allah yg artinya,
Maka tatkala mereka membuat Kami murka, Kami menghukum mereka lalu kami tenggelamkan mereka semuanya (di laut). Dan Kami jadikan mereka sebagai SALAF dan contoh bagi orang-orang yang kemudian. (QS. Az Zukhruf: 55-56)
Salaf menurut para ulama adalah sahabat, tabi’in (orang-orang yang mengikuti sahabat) dan tabi’ut tabi’in (orang-orang yang mengikuti tabi’in). Tiga generasi awal inilah yang disebut dengan salafush sholih (orang-orang terdahulu yang sholih). Sedangkan orang-orang terkemudian yang berusaha menghidupkan ajaran salaf sering disebut sebagai salafi atau salafiyah. Jadi dia merupaka sebuah metode dakwah yang disebut dengan dakwah salafiyah.
Ciri-Ciri Dakwah Salafiyah
Menurut Dr. Yusuf al-Qaradhawi, dakwah salafiyah adalah suatu manhaj yang secara global berpijak kepada prinsip-prinsip berikut:
- Berpegang pada nas-nas yang sahih, bukan bertaqlid atau mengutamakan pendapat para ahli, tokoh mahupun ulama’ mengatasi nas yang jelas.
- Mengembalikan masalah-masalah “mutasyabihat” (yang kurang jelas) kepada masalah “muhkamat” (yang pasti dan tegas). Dan mengembalikan masalah yang zhanni kepada yang qath’i.
- Memahami kasus-kasus furu’ (ranting) dan juz’i (tidak prinsipal), dalam kerangka prinsip dan masalah fundamental.
- Menyerukan “ijtihad” dan pembaruan (Tajdid). Memerangi “taqlid” dan kebekuan.
- Mengajak untuk beriltizam (memegang teguh) dengan akhlak Islamiah, bukan meniru perlakuan jahiliyah.
- Dalam masalah fiqh, berorientasi pada “kemudahan” (fiqh taysir) dan bukan “mempersulit” .
- Dalam hal tarbiyyah dan tasfiyyah, lebih menggemari pemberian motivasi dan bukan menakut-nakuti.
- Dalam bidang aqidah, lebih menekankan penanaman keyakinan, bukan dengan perdebatan panjang yang tidak menambahkan iman.
- Dalam masalah Ibadah, lebih mementingkan jiwa ibadah, bukan sifat formalitasnya.
- Menekankan sikap “ittiba’” (mengikuti nas) dalam masalah agama. Dan menanamkan semangat “ikhtira’” (kreatifitas dan daya cipta) dalam masalah kehidupan duniawi yang memerlukan akal yang bebas lagi merdeka.
Salah Paham Mengenai Dakwah Salafiyah
Salah paham terhadap dakwah salafiyah juga menjangkit pengikut-pengikutnya karena kekurangan ilmu.
Sebagian dari mereka mengatakan salafi adalah pengikut ‘madrasah an-nas’, iaitu satu methodologi yang diambil oleh sebagian ulama di dalam melakukan istinbat hukum secara langsung dari zahir nas tanpa banyak melihat kepada maqasid (rahasia dan maslahat hukum dibalik zahir nas). Dengan itu mereka berpegang kepada zahir nas dari al-Quran atau hadis dan menolak metodologi yang digunakan oleh para ulama yang lain. Mereka mengambil jalan mudah dengan mempraktikkan Islam terus dari al-Quran dan Sunnah tanpa merujuk kepada tafsiran dan pendapat ulama-ulama berkenaan tafsiran nas tersebut, satu amalan yang sebenarnya bertentangan dengan praktek pelopor madrasah an-nas itu sendiri. Inilah yang menyebabkan para pendukung dakwah salafiyah kelihatan seperti tidak bermazhab.
Sebagian yang lain mengatakan salafi adalah siapa saja yang mempraktekkan mazhab Imam Ahmad bin Hanbal. Dengan itu mereka memaksakan beberapa pendapat mazhab Hanbali kepada umat Islam di negara kita yang mayoritasnya adalah bermazhab Syafie. Hujah mereka karena fiqh mazhab Hanbali lebih salafi dari mazhab-mazhab yang lain.
Sebahagian yang lain pula mengatakan salafi adalah pendekatan dakwah Muhammad bin Abdul Wahab, pelopor gerakan Wahabi di Arab Saudi. Sayangnya apa yang mereka pahami dari gerakan Wahabi ini hanyalah sebagian dari perjuangannya sahaja. Mereka tidak mempelajari keseluruhan gerakan tersebut. Dengan itu mereka menyimpulkan bahawa gerakan Wahabi adalah gerakan membenteras bid’ah yang berlaku di Semenanjung Tanah Arab satu abad yang lepas.
Citra Salafiyah Dirusakkan Oleh Mereka Yang Mendukung Dan Menentangnya
Orang-orang yang mendukung manhaj Salafiyah telah membatasi dirinya dalam lingkup formalitas dan kontroversi saja, seperti masalah-masalah dalam Ilmu Kalam, Ilmu Fiqh dan Ilmu Tasawwuf. Mereka sangat keras dan galak terhadap orang lain yang berbeda pendapat dengan mereka dalam masalah-masalah kecil ini. Mereka mempermasalahkan khilafiah dengan mengabaikan masalah-masalah yang disepakati. Kita lihat di negara kita betapa obsesinya mereka dengan janggut, isbal dan niqab seakan-akan yang demikian ini menjadi lambang Salafiyah.
Sedangkan pihak yang menentang Salafiyah menuduh paham ini sebagai sesuatu yang mundur, senantiasa menoleh ke belakang, tidak pernah memandang ke depan. Salafiyah membawa pengertian anti pembaruan atau pemordenan, mematikan kreatifitas dan daya cipta. Salafiyah juga suatu bentuk pemikiran yang ekstrim, yang tidak mengenal apa itu moderat dan pertengahan.
Wajibkah Berafiliasi Kepada Kelompok Yang Membawa Dakwah Salafiah?
Yang wajib adalah hendaknya umat Islam mengikuti pemahaman salafus shalih; bukan membentuk golongan yang dinamakan “As-Salafiyyun”. Berhati-hatilah terhadap perpecahan! Mengapa? Walaupun tidak diragukan lagi ikhwah As-Salafiyyun adalah kelompok paling dekat dengan kebenaran, tetapi permasalahan mereka sama seperti kelompok lainnya. Sebagian individu kelompok ini saling menyesat-nyesatkan, membid’ahkan, dan memfasikkan.
Cara Mengikuti Manhaj Salaf
Kalau langsung mengikuti pemahaman para salafush sholeh lalu apa fungsinya imam 4 mazhab tersebut? Kita bisa saja langsung merujuk kepada para sahabat, tanpa mengikuti mazhab-mazhab yang ada. Baca saja hadist-hadist yang diriwayatkan oleh para sahabat, kemudian langsung diamalkan. Bolehkah begitu? Boleh-boleh saja, asal anda memiliki ilmu yang cukup untuk menarik hukum dari hadist-hadist yang sekian banyak. Boleh-boleh saja, kalau anda mampu membedakan mana hadist shahih, hadist dhaif dan hadist mungkar. Mampukah anda? Kalau anda tidak mampu, maka gunakanlah hasil penelitian para imam mazhab tersebut.
Loh dengan begitu, kita tidak mengikuti pendapat para sahabat dong. Kita jadinya mengikuti pendapat para imam tersebut. Jangan salah sangka dulu. Tahukah anda bagaimana para imam mazhab itu menghasilkan hukum-hukum Islam? Mereka menghasilkan hukum-hukum Islam setelah membaca, menganalisa hadist-hadist yang diriwayatkan oleh para sahabat serta meneliti pandangan-pandangan para sahabat. Jadi sebenarnya kita mengikuti manhaj salaf juga dengan menggunakan hukum-hukum dari imam-imam mazhab tersebut.Yang tidak dikatakan mengikuti manhaj salaf adalah mengerjakan suatu amalan baik aqidah, ibadah ataupun akhlak, yang tidak ada dasarnya dalam al-Qur’an dan as-Sunnah.
Jadi mudahnya begini:
Barang siapa yang mengikuti aqidah dan metode fiqh Imam Syafi’i maka sudah disebut mengikuti manhaj salaf. Begitu juga dengan mereka yang mengikuti aqidah dan metode fiqh dari imam-imam mazhab lainnya. Imam 4 mazhab itu disebut dengan imam salaf karena mereka menggunakan aqidah salaf dan cara menurunkan hukum fiqh berdasarkan dalil-dalil yang bersumber dari al-Qur’an dan as-Sunnah menurut pemahaman para sahabat. Jadi siapa saja yang tidak mengikuti metode Imam salaf manapun, juga dikatakan salafi, asalkan mereka menguasai ilmu istinbath (ilmu mengeluarkan hukum dari nas). Yang tidak salafi adalah pentaqlid buta dan fanatik madzhab.
Contohnya mereka yang berakidah asya’irah, tapi fiqhnya Syafi’i. Ini tidak bisa disebut mengikuti manhaj salaf, sebab mereka tidak mengikuti Imam Syafi’i dalam akidah atau Usyul. Kalau mau dikatakan salafi, harusnya ikut akidah Imam Syafi’i, Imam Hanafi, Imam malik dan Imam Ahmad ibn Hanbal. Bukan ikut fiqh mereka saja.
Apakah Akidah Yang Diikuti Oleh Empat Imam Madzhab?
Mereka menganut akidah salaf. Akidah empat Imam ini dibuktikan kesalafian mereka oleh Dr Muhammad bin Abdul Rahman alKhumais dan diedarkan secara gratis kepada semua calon haji yang tiba di Saudi setiap musim haji dalam bahasa masing-masing. Kitab itu adalah ‘I’tiqad Aimmatil Arba’ah (Akidah Empat Imam Madzhab). Berikut ini adalah pandangan imam-imam mujtahid yang empat tentang kaedah memahami nash-nash al-Sifat:
[1] Pegangan Abu Hanifah (150H) dalam Tauhid al-Asma’ wa al-Sifat
Abu Hanifah berkata dalam kitabnya (Kitab al-Fiqh al-Akhbar):
Dan apa yang disebut oleh Allah Ta’ala dalam al-Qur’an tentang sebutan Wajah dan Tangan dan Diri, maka ia adalah sifat-sifat bagi-Nya tanpa mempersoalkan bentuk, ciri, dan tatacara. Dan tidak boleh dikatakan bahwa Tangan-Nya adalah kuasa-Nya (Kudrat) atau nikmat-Nya karena padanya terdapat pembatalan sifat. Ini adalah pendapat al-Qadariyyah dan al-Muktazilah. Akan tetapi Tangan-Nya adalah sifat-Nya tanpa mempersoalkan bentuk, ciri-ciri dan tatacara. Dan Marah-Nya dan Redha-Nya adalah dua sifat dari sifat-sifatnya tanpa mempersoalkan bentuk, ciri-ciri dan tatacara.
[2] Pegangan Malik bin Anas (179H):
al-Walid bin Muslim (194H) berkata:
Aku telah bertanya kepada al-Auza’i dan Malik (bin Anas) dan Sufyan al-Thauri dan al-Laits bin Sa’ad tentang hadis-hadis ini (tentang sifat-sifat Allah0, mereka menjawab: “Terimalah ia sebagaimana ia datang tanpa mempersoalkan bentuk, ciri-ciri an tatacara.
[3] Pegangan Muhammad bin Idris al-Shafi’i (204H):
al-Shafi’i berkata di dalam kitabnya al-Risalah:
Segala puji bagi Allah …. Dia adalah seperti yang disifatkan terhadap diri-Nya dan Dia mengatasi dengan sifat-Nya atas makhluk-Nya.
[4] Pegangan Ahmad bin Hanbal (241H):
Musaddad bin Musarhad (228H) berkata, aku bertanya (kepada Ahmad bin Hanbal) tentang hadis-hadis al-Sifat, maka beliau menjawab: Diterima sebagaimana ia datang dan diimani dengannya dan jangan ditolak darinya apa-apa jika ia adalah dengan sanad yang shahih.
Mengapa Kelompok Dakwah Salafiyah Seperti Terkesan Tidak Kompak?
Gerakan Salafi di Indonesia banyak dipengaruhi oleh ide dan gerakan pembaruan yang dilancarkan oleh Muhammad ibn ‘Abd al-Wahhab di kawasan Jazirah Arab. Ide pembaruan ini kemudian memberikan pengaruh pada gerakan-gerakan Islam modern seperti Muhammadiyah, PERSIS, dan Al-Irsyad. “Kembali kepada al-Qur’an dan al-Sunnah” serta pemberatasan takhyul, bid’ah dan khurafat kemudian menjadi semacam isu mendasar yang diusung oleh gerakan-gerakan ini. Walaupun begitu, gerakan-gerakan ini tidak sepenuhnya mengambil apalagi menjalankan ide-ide yang dibawa oleh gerakan purifikasi Muhammad ibn ‘Abd al-Wahhab.
Gerakan salafi modern di Indonesia muncul di tahun 80-an. Namun pandangan orang-orang terhadap salafi ini tidak begitu bagus. Mereka menganggap salafi adalah sebuah gerakan ekstrim yang tidak kenal kompromi sama sekali. Sayangnya masyarakat menyamaratakan gerakan salafi ini. Padahal secara kasar gerakan salafi ini bisa dibagi ke dalam dua bagian yaitu Salafi Yamani/Hijazi dan Salafi Haraki (atau Salafi Ikhwan).
Ikhwani merupakan gerakan tajdid haraki yang paling besar dalam sejarah Islam yg dicetuskan oleh gagasan Rashid Ridha-Hasan al-Banna-al-Qardhawi. Sedangkan manhaj salafi hijaz adalah gagasan tajdid tauhid yg dikepalai oleh Imam Muhammad ben Baz, Ibn Uthaimiin, al-Albani, dan Yemeni connection (syaikh Muqbil).
Walaupun aqidah mereka sama, mereka berbeda pendekatan dalam beberapa isu yaitu dalam masalah pengisolasian terhadap pelaku bid’ah, sikap terhadap politik dan sikap terhadap gerakan Islam lainnya. Kedua aliran ini sangat susah untuk ditemukan.
Salafi Yamani cenderung kaku dalam menghadapi pelaku bid’ah. Mereka sering bentrok dengan masyarakat-masyarakat dan tokoh-tokoh agama setempat. Berbeda dengan dengan salafi Haraki yang memilih cara berhikmah untuk memberantas bid’ah dalam masyarakat.
Dalam persoalan politik, Salafi Yamani memandang keterlibatan dalam semua proses politik praktis seperti pemilihan umum sebagai sebuah bid’ah dan penyimpangan. Berbeda dengan Salafi Haraki yang cenderung menganggap masalah ini sebagai persoalan ijtihadiyah belaka.
Jika Salafi Haraki cenderung moderat dalam menyikapi gerakan lain, maka Salafi Yamani dikenal sangat ekstrim bahkan sering tanpa kompromi sama sekali. Contohnya Salafi Yamani menjadikan Ikhwanul Muslimin sebagai musuh utama mereka. Kebencian terhadap Ikhwanul Muslimin mencuat seiring bermulanya Perang Teluk bagian pertama. Mereka mengkritik karya-karya tokoh Ikhwan seperti Sayyid Qutubh. Mereka juga mencela dengan keras Dr. Yusuf al-Qaradhawy dengan menyebutnya sebagai musuh Allah, Yusuf sang penggunting syariat islam, dll.
Dalam bersikap terhadap pemerintah, Salafi Yamani menganggap setiap tindakan atau upaya yang dianggap ingin menggoyang pemerintahan yang sah adalah Khawarij, bughat atau semacamnya. Sebagai konsekwensi dari prinsip ini, maka muncul kesan bahwa kaum Salafi Yamani cenderung enggan melontarkan kritik terhadap pemerintah.
Itulah beberapa sebab yang membuat gerakan Salafi dicap gerakan yang ekstrim, karena orang hanya melihat gerakan Salafi Yamani yang cenderung kaku menghadapi masyarakat dan gerakan-gerakan Islam lainnya. Bukan itu saja, gerakan Salafi Yamani sering mengkritik gerakan Salafi Haraki, yang menimbulkan kesan kepada orang luar bahwa gerakan Salafi itu pun berpecah belah.
Selain Salafi Yamani dan Salafi Haraki, ada juga yang disebut Salafi Jihadi. Ini berangkat dari tidak semua Salafi tertarik dengan jihad. Salafi Jihadi adalah salafi yang mencintai jihad dan beramal dengan jihad, misalnya gerakan Al-Qaeda dan pihak-pihak mujahidin di Afghanistan serta di Iraq dan Chechnya. Mereka inilah yang sering dirujuk oleh media-media massa pembenci jihad sebagai “teroris”.
Diagram Untuk Memudahkan Pemahaman
Gambar berikut ini sekedar untuk memudahkan saya memahami apa itu dakwah salafiyah.
Akibat Pendekatan Dakwah Yang Tidak Tepat
Berikut ini adalah sebuah contoh yang menyebabkan bentrokan antara penduduk lokal dan jamaah salafi yang terjadi di Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Nusa Tenggara Barat adalah sebuah pulau yang terletak didalamnya Gunung Rinjani Nasional Park. Lihat map di atas.
Apa yang terjadi?
Some 50 members of Jamaah Salafi in Beroro hamlet were forced out of the area on Friday afternoon. Residents dragged Salafi’s leader out and forced him to sign an agreement saying the group would not return to the hamlet.
Penyebab Masalah
The residents said they were upset by the loud preaching coming from Jamaah Salafi’s mosque after the Friday prayer.
Nasehat Majelis Ulama Lombok
The chairman of the West Lombok Indonesian Ulemas Council, TGH Mahally Fikri, said an incident between residents and group members was regrettable. He said the residents had no reason to object to the group, because Jamaah Salafi’s beliefs are recognized in Islam. ”That means what they’re doing is essentially based on the Prophet Muhammad’s hadis,” he said, referring to the traditional collection of stories relating to the prophet’s words and deeds.
He said residents might be offended by Salafi’s preaching methods. “”West Lombok residents still respect their traditional culture. The Salafi can preach but if they have different opinions from the local people, they don’t have to directly express it,“” Mahally said.
Nasehat Ulama Internasional
Menurut Syeikh Muhammad Sa’di anggota Al Ittihad Al Alami li Al Ulama Al Muslimin (Ikatan Ulama Muslim Internasional), jika terjadi khilaf, maka hendaknya semua pihak menyelesaikan dengan hikmah dan mauidhah hasanah. Jika salah satu memiliki dalil qath’i, maka itu yang harus diamalkan, akan tetapi ketika kedua-duanya memakai dalil dhanni, maka hendaknya kedua pihak toleransi satu sama lain. Al Ittihad Al Alami li Al Ulama Al Muslimin, adalah organisasi perkumpulnya ulama Islam internasional, yang diketuai oleh Dr. Syeikh Yusuf al-Qaradhawi.
Sumber berita:
No comments:
Post a Comment